SITUASI SOSIOLINGUISTIK DI INDONESIA
Disusun oleh
Kelompok
enam ( 6 )
Riyadul
Maisah, Nuryani, Risma Anriani, Resti Aryani ,
Qoriah Inayah
Abstrak
Bahasa memegang peran penting dalam
kehidupan kita. Hal ini meski kita sadari. Terutama dalam keanekaragaman bahasa
di Indonesia yang begitu banyak, sehingga dapat dijelaskan terkait situasi
Sosiolinguistik di Indonesia. Namun, dalam makalah ini kami mempersempitnya
menjadi Situasi Sosiolinguistik di kota Bandung. Yang pada intinya menggambarkann
pengertian Sosiolinguistik, keragaman penutur bahasa di kota Bandung serta
menjelaskan aspek yang mempengaruhi situasi Sosiolinguistik di Bandung.
Kata
Kunci
Sosiolinguistik,
Bahasa Indonesia dan kota Bandung
A.
Pendahuluan
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan kita.
Hal ini harus kita sadari benar-benar. Terutama dalam keanekaragaman bahasa di
Indonesia yang begitu banyak. Keragaman bahasa inilah yang menyebabkan situasi Sosiolinguistik di Indonesia menjadi
bervariasi. Ini terjadi karena Indonesia adalah salah satu Negara terkaya di
seluruh permukaan bumi. Dari jumlah total sekitar lima sampai enam ribu bahasa
barang kali lebih yang digunakan oleh sekitar 215 juta penutur bahasa pada
tahun 1990 ( Jerome, 2008:64), terutama pada tahu 2012 banyak bahasa yang
berdatangan sehingga mempengaruhi bahasa di Indonesia.
Keragaman bahasa nampaknya merupakan sebuah kekayaan
yang perlu disyukuri. Namun dari keberagaman tersebut, menjadikan kemurnian
bahasa yang ada di suatu Negara terkontaminasi dengan bahasa-bahasa yang ada di
dunia.
Indonesia
sebagai Negara plural merupakan salah satu Negara yang kaya akan bahasa
daerahnya. Banyak ditemukan dari berbagai daerah yang ada di Indonesia antara
daerah yang satu dengan yang lainnya berbeda bahasa. Sebagai salah satu contoh
bahasa daerah di Suku Jawa dengan daerah di Suku Sunda dari bahasanya jelas
berbeda dan bahkan dari dialeknyapun berbeda.
Inilah yang menarik bagi penulis, untuk mengemukakan
Situasi Sosiolinguistik di Indonesia,
banyak juga masyarakat yang jelas-jelas dalam kesehariannya menggunakan bahasa
daerahnya. Namun, dengan seiring zaman bahasa asli yang menjadi identitas dari
sukunya banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa daerah lainnya dan banyak juga
mengambil bahasa-bahasa serapan dari bahasa Asing.
Seperti
halnya di Tanah Parahyangan penulis mengamati banyak masyarakat terlebih para
Pemuda/Pemudinya dalam keseharian berbahasa Sunda akan tetapi banyak yang tidak
sesuai dengan kaidah Bahasa Sunda itu sendiri. Seperti banyak di temukannya
pencapuradukan antara bahasa Sunda dengan bahasa lainnya. Hal ini dimungkinkan
karena pengaruh zaman yang ditandai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Iptek
apalagi dengan banyaknya media-media cetak maupun Elektronik yang telah
menyebar dan juga banyak masyarakat yang menikmati dari kemajuan Iptek
tersebut. Dengan permasalahan di atas yang telah dikemukakan, maka penulis akan
lebih memfokuskan pada salah satu daerah di Indonesia yakni, Situasi Sosiolinguistik di Kota Bandung.
Untuk lebih memperjelas mengenai Situasi
Sosiolingustik di Kota Bandung, maka penulis merumuskan:
a. Apa
pengertian sosiolinguistik?
b. Bagaimanakah keragaman penutur
bahasa di Kota Bandung
c. Apakah aspek yang mempengaruhi
situasi Sosiolinguistik di Bandung?
B.
Pembahasan
a. Pengertian
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
adalah Mengandung kata sosio dan linguistik,
perpaduan dari sosiologi dan linguistik. Sosio
mengandung makna masyarakat dan yang terkait dengan masyarakat (sistem, struktur, tradisi, adat,
kebudayaan dll.), sedangkan Linguistik
bermakna ilmu tentang bahasa (dari unsur terkecil sampai satuan yang
paling lengkap), sehingga dapat diartikan Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dilihat dari penggunaanya di
masyarakat.
Sosiolinguistik
merupakan cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan
bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami. Seperti yang dikemukakan
oleh Abdul Chaer (2004:2) Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin
yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam
masyarakat.
Wikipedia (2002:10-11)
menyatakan Sosiolinguistik
merupakan kajian
interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya
terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa
sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang
lain.
Sehingga
dapat kita simpulkan bahwasannya sosiolinguistik merupakan ilmu yang
mempelajari perbedaan atau variasi bahasa yang digunakan di masyarakat sebagai
penutur yang bertujuan untuk interaksi serta komunikasi, yang keberadaannya
dipengaruhi oleh budaya terhadap cara
suatu bahasa digunakan.
b. Keragaman
Penutur Bahasa di Kota Bandung
Bandung
merupakan daerah yang padat akan penduduk, baik oleh penduduk asli maupun
pendatang yang semakin hari semakin ramai. Karena banyaknya pendatang di
berbagai daerah yang masuk, maka tingkat perbedaan bahasa yang digunakan oleh para
penutur mulai bermuculan sehingga menyebabkan terjadinya keragaman bahasa di kota
Bandung. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, mayoritas masyarakat kota Bandung adalah berbahasa
Sunda. Akan tetapi, banyak keunikan yang diucapkan oleh masyarakatnya. Terutama
kaum Pemuda/Pemudi dalam keseharian berbahasa Sunda, yang menyebabkan ketidaksesuaian
dengan kaidah Bahasa Sunda itu sendiri. Misalnya, banyak ditemukannya
pencapuradukan antara bahasa Sunda dengan bahasa lainnya, atau bahasa Sunda dengan
bahasa Indonesia, yang menyebabkan keragaman bahasa di kota Bandung.
Sehinga
dapat dikelompokan, bahasa yang ada di kota Bandung seperti bahasa Sunda,
bahasa Jawa, bahasa Padang, bahasa Madura, bahasa NTT (Nusa Tenggara Timur)
dll, yang seiringan waktu dapat mempengaruhi beragamnya penutur bahasa yang
terdapat di kota Bandung.
Akan
tetapi, para pendatang ketika berkomunikasi dengan para kerabat yang tinggal di
Bandung menggunakan bahasa Indonesia, itu semata-mata dimaksudkan untuk lebih memudahkan
dalam berkomunikasi. Namun, sesama orang-orang yang sedaerah, mereka lebih
cendrung menggunakan bahasa daerahnya.
Adapun
bagi masyarakat kota Bandung asli, banyak juga yang berbahasa Sunda campuran
alias gado-gado. Sebagai contoh: “Saya mah…,
Kamu mah.., kayanya mah…, itu mah…, itu teh...,Gue tabok, dll”.
Hal
ini dapat kita simpulkan bahwasannya keragaman penutur
bahasa di kota Bandung sangat bervariasi.
c. Aspek
yang Mempengaruhi Situasi Sosiolinguistik di Kota Bandung
Keadaan
Sosiolinguistik di kota Bandung sangat bervariasi disebabkan oleh adanya
kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang
sangat beragam pula para penuturnya serta tidak homogen. Hal ini bisa terjadi
mengingat kondisi masyarakat di Kota Bandung yang beragam dengan keanekaragaman
bahasa yang dimiliki pula. Bahasa Indonesia yang menyebar luas dan dipakai oleh
masyarakatnya terkadang mengalami penyesuaian oleh masayakat penuturnya akibat
kondisi dan situasi yang dihadapi penuturnya. Semuanya mengalami penyesuaian
seiring dengan tetap dipakainya bahasa daerah masing-masing. Inilah merupakan
salah satu yang menyebabkan variasi berbahasa timbul yaitu akibat penyesuaian
dengan kondisi dan lingkungan dimana si penutur hidup dan berinteraksi. Ragam
bahasa yang bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang
terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi
ini muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Sejalan dengan karakter bahasa di masyarakat
yang
menyebabkan keragaman dalam berbahasa. Misalnya sebagai berikut:
a) Ibarat air, tersesuaikan dengan pengguna, situasi dan
kondisi penggunaan
b) Tersesuaikan dengan karakter individual pengguna (watak,
sikap, pandangan hidup, agama, pendidikan, kecerdasan,
minat, dll.)
c) Tersesuaikan dengan karakter komunitas (pelajar,
mahasiswa, buruh, guru, tentara, pengusaha, supir, penggemar burung, tanaman
hias, geng motor dll.)
d) Tersesuaikan dengan situasi/kondisi (rapat, ngobrol
santai, pasar, bergembira, bersedih dll.)
Selain terpengaruh oleh
karakter bahasa di Masyarakat, situasi Sosiolinguistik di kota Bandung juga, dipengaruhi oleh tingkat modernisasi yang kian melekat
terhadap masyarakat. Modernisasi dan globalisasi merupakan hal yang paling
disalahkan. Karena secara langsung dan bertubi-tubi, mereka menyusup
kedalam kehidupan sehari-hari dan memberikan antibody terhadap kemapanan. Ia
merubah bahasa Sunda yang dahulu adalah bahasa keramat dan terhormat, menjadi
bahasa yang lucu, pinggiran dan terkesan “rendahan”. Berkembangnya bahasa
“gaul” menyebabkan bahasa Sunda terpinggirkan. Karena kesan inilah bahasa
Sunda mulai ditinggalkan oleh
generasi penerus bangsa.
Aspek yang lainnya
adalah, media juga menjadi aktor musnahnya bahasa Ibu di negeri ini. Di televisi misalnya, seseorang yang berbahasa Sunda, disimbolkan sebagai seorang babu, pembantu, tukang
kebun, dan lain sebagainya. Sementara majikan menggunakan bahasa inggris atau
setidaknya bahasa Indonesia. Kemudian muncul bahasa-bahasa alay, yang berasal dari media Teknologi
seperti bahasa Facebook, Twitter,
Blackberry massangger yang menimbulkan serta menumbuh kembangkan
bahasa-bahasa baru seperti “loe kepo, loe
cupu…, chiyus?, mieapa…?, kamseupay..., peobok lah…,alah ngojeg nih..dll”.
Selain hal diatas, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga mempunyai
andil dalam mempengaruhi situasi Sosiolinguistik di kota Bandung. Misalnya, adanya pernikahan antar etnis, menjadikan bahasa Ibu
ditinggalkan dan beralih menggunakan bahasa Indonesia. Demikian seterusnya dan
diturunkan kepada anak-anak mereka. Bahkan yang lebih parah, tidak jarang di
pedalaman yang biasa menggunakan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari,
mengajari anaknya sejak lahir dengan menggunakan bahasa Indonesia. Maka jangan
heran jika ada pepatah mengatakan “wong jowo ning ora njawani (orang
jawa tapi tidak paham jawa)” atau lain sebagainya.
Kekurangmampuan
generasi muda dalam menggunakan bahasa ibu, tak lepas dari desakan bahasa
Indonesia yang semula hanya dipakai dalam situasi resmi. Penggunaan bahasa ini
mulai bergeser dari situasi resmi menjadi bahasa pergaulan sehari hari. Sudah
jarang sekali sekarang anak-anak muda berkumpul dan bercanda gurau dengan
bahasa Sunda mereka. Apabila ini dibiarkan, maka tidak lama lagi
bahasa Sunda akan benar-benar hilang di negeri ini.
Secara umum dapat
dikatakan bahasa Sunda sudah tidak berkembang. Selain itu kita lihat bahwa
dalam semua bidang kebudayaan masa kini kekosongan kosa kata bahasa Sunda semakin meluas, sehingga muncul
keperluan untuk berpaling kepada bahasa Indonesia. Itulah sebabnya aspek yang
mempengaruhi situasi Sosiolinguisti di kota Bandung. Untuk itulah, mulai saat
ini mari kita sadar akan pentingnya menjaga kelestarian bahasa Sunda. Jangan pernah memandang sebelah mata dan menganggap
bahasa Sunda
adalah bahasa lucu, pinggiran bahkan rendahan. Bahasa
yang telah diwariskan secara turun temurun itu patut dilestarikan sebagai
warisan budaya yang tak ternilai harganya. Karena bangsa yang maju akan selalu
menghargai dan melestarikan budayanya. Mulailah dari terbiasa mengucapkan bahasa
Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Walau mengetahui dan memahami bahasa lain juga perlu, setidaknya saat kita
bersama keluarga, atau orang serumpun, maka berbicara dengan bahasa Sunda merupakan hal yang harus
selalu dilakukan. Selain itu, sekolah dan pendidikan lain juga wajib memberikan
porsi yang ideal bagi pelajaran bahasa Sunda di kota Bandung. Jangan hanya bahasa asing yang didahulukan demi gengsi
dan nama besar sekolah. Jika bukan kita, siapa lagi, jika bukan sekarang, kapan
lagi.
C.
Kesimpulan
Sejalan dengan yang dikemukakan di atas terkait situasi sosiolinguistik di Indonesia
yang memfokuskan kepada situasi
sosiolinguistik di Kota Bandung bisa diambil benang merahnya, yaitu
bahwasannya bahasa yang digunakan oleh masyarakat di kota Bandung dalam
adat-adat pemakaian bahasa masyarakatnya merubah, seiring menguatnya bahasa
Indonesia serta bahasa-bahasa daerah lain dengan merugikan pengguna bahasa
Sunda.
Namun, situasi
sosiolinguistik di Kota Bandung dideskripsikan karena karakter pengguna
bahasa yang dikategorikan sebagai berikut: Ibarat air, tersesuaikan dengan pengguna, situasi dan
kondisi penggunaan, tersesuaikan dengan karakter individual pengguna (watak,
sikap, pandangan hidup, agama, pendidikan, kecerdasan,
minat, dll.), tersesuaikan dengan karakter komunitas (pelajar,
mahasiswa, buruh, guru, tentara, pengusaha, supir, penggemar burung, tanaman
hias, geng motor dll.), tersesuaikan dengan situasi/kondisi (rapat, ngobrol
santai, pasar, bergembira, bersedih dll.).
Serta
yang paling menonjol adalah banyaknya pendatang dari daerah, modernisasi, serta
media. lain yang menggambarkan situasi bahasa di Kota Bandung bervariasi.
RUJUKAN PUSTAKA
Samuel,
Jerome. 2008. Kasus Ajaib Bahasa
Indonesia? Pemodernan Kosa Kata dan Politik Peristilahan. Jakarta: Gramedia.
Chaer,
Abdul.2002. Psikolinguistik. Jakarta : Renika Cipta.
Guntur,
Tarigan. 1984. Pengajaran Pragmatik.
Bandung: Angkasa.
Santoso,
Ananda. 1992. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia. Surabaya:Pestaka Dua Surabaya.
Referensi :
www.google.com Wekipedia : Sosiolinguistik menurut par
ahli. Selasa Pukul 12.30 WIB 10-11-2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar