PENGAJAR SIAP MENCIPTAKAN
GENERASI EMAS
Memperingati
hari Pendidikan Nasional Indonesia pada tanggal 2 Mei 2012 yang lalu, merupakan
semangat yang senantiasa memotivasi menyiapkan Generasi berpuluh-puluh tahun
mendatang dengan lebih baik lagi. Banyak sekali kata-kata yang menyemangati dan
mempengaruhi semangat para Pengajar untuk bisa meraih cita-cita membangkitkan
Generasi Emas.
Kemdikbud menekankan bahwa
generasi emas yang dimaksud adalah lahirnya generasi di masa mendatang pada
tahun 2045, dimana mereka yang usia 0-9 tahun akan berusia 35-45 tahun, lalu yang
usia 10-20 tahun berusia 45-54. Dimana, pada usia-usia itu yang memang memegang
peran penting dan sentral di suatu negara. Oleh karena itu sambutan Beliau
bertemakan “ Bangkit
Generasi Emas Indonesia”. Ujar Beliau “
Tahun sekarang adalah tahun menanam Generasi Emas, Investasi. Untuk itu, asset berharga
harus benar-benar disiapkan sehingga pada 100 tahun kebangkitan Nasional,
Indonesia memilih Generasi yang mampu bersaing secara global.
Pernyataan
Kemdikbud di atas, bagi saya merupakan sebuah momentum untuk senantiasa bisa memperkokoh
kesadaran dan komitmen akan pentingnya pendidikan yang berkwalitas bagi masa
depan bangsa. Sejalan dengan yang dikemukakan Ensu Al-Faizin, “ Dari sambutan tersebut motivasi saya
untuk berbuat dan mengaktualisasikan tema tersebut dalam keseharian di
lingkungan dunia pendidikan menjadi cita-cita untuk membangkitkan Generasi Emas”.
Namun, beda halnya dengan pernyataan Bejo
Slamet yang mengungkapkan kemirisan nyata dalam dunia Pendidikan. Ujar Bejo , “Saat ini saat pendidikan landasan yang
dipakai adalah sekulerisme, kapitalisme, liberalisme. Sekulerisme
menyebabkan lembaga pendidikan kehilangan orientasi untuk menyelenggarakan
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter. Outputnya, adalah orang-orang yang
tak lagi mengindahkan ajaran agama dan tipis akhlaknya. Ditambah dengan
ditanamkannya ide liberalisme, lahirlah siswa-siswa yang bertingkah laku dan
bergaya hidup bebas, dan cenderung sulit diatur. Muncul berbagai problem
seperti gaya hidup bebas, seks bebas, narkoba, tingkah laku brutal, tawuran,
dan sebagainya”.
Menurut saya, Realita nyata yang
diungkapkan oleh Bejo Slamet bisa menjadi gambaran yang luar biasa untuk para
Pengajar agar senantiasa bercermin kedepan, untuk sama-sama bekerjasama
menciptakan Generasi Emas yang berkwalitas serta tidak berlandaskan
Sukarelisme, Kapitalisme, dan Liberalisme.
Oleh karena itu, saya sebagai calon
Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk membelajarkan murid agar Generasi
Emas hadir melalui proses belajar mengajar B.Indonesia memiliki sebuah tips
yang mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semuanya.
“
Ingatkan dan senantiasa motivasi peserta didik agar menjadikan sekolah yang mereka
singgahi adalah sebuah kanvas dan dia (murid) adalah seorang pelukis. Apabila
melihat kanvas didepannya , maka dia akan senantiasa senang memolesnya. Dia
bebas berekspresi dengan segala imajinasinya. Dan dapat kita (Pengajar ) liat hasilnya
bertapa indah dan mengagumkan karyanya. Senantiasa mengingatkan untuk
berpandai-pandailah mengisi waktu luang. Misalnya membuat kegiatan yang
melibatkan kelas itu tersa hangat atau saling bertukar pikiran mengenai materi contohnya
belajar berbahasa yang baku sesuai kaidah kebahasaan, membahas materi bahasa
Indonesia misalnya membuat puisi, cerpen
atau sebagainya.”
Mungkin itu tips yang bisa saya
kemukakan. Saya yakin dimanapun seorang pengajar yang pandai berkreasi berada,
maka keberadaannya akan selalu hangat dan mengasyikan. Dan akan memudah
menciptakan serta membangkitkan Generasi Emas untuk bersaing secara global
dimasa yang akan datang. Seorang pengajar harus siap menciptakan Generasi Emas
harus sanggup melangkah jutaan kilo tak terbayangkan jika langkah pertama
diikuti keyakinan untuk sukses membangkitkan Generasi Emas ***UMRISTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar