“KEAJAIBAN GORESAN PENA”
DISUSUN OLEH:
Riyadul Maisah
Keajaiban Goresan Pena
Dua
orang
alumni sebuah universitas terkemuka bertemu di lobby sebuah hotel. Satu
di antaranya berpenampilan elegant, memakai jas dan dasi serta membawa
tas
hitam di tangan kanannya. Wajahnya menyiratkan semangat penuh antusias
dengan
mata menatap lurus ke depan seolah tidak lama lagi dia akan menggenggam
dunia,
rupanya pria ini sedang bersiap mengisi sebuah seminar penting.
Seorang yang lain tak kalah rapi, namun bedanya, kehadiran pria satu
ini adalah
sebagai peserta.
Dia
bahagia melihat sang sahabat berada di depan sebagai seorang pemateri. Dia
bangga pada sang sahabat. Namun di sisi lain ada penyesalan dalam dirinya. Dia
berpikir keras mengapa dia tidak serta berada di tempat yang sama dengan
sahabatnya. Dia hanya mencoba mengobati kekecewaan dengan mengatasnamakan
takdir dan nasib. Walaupun jauh di lubuk hatinya dia teringat beberapa tahun
silam saat menikmati bangku kuliah banyak kesempatan yang dilewatkannya. Dia
sadar, dia tak kalah cerdas bila dibandingkan dengan sahabatnya, nilai indeks
prestasinya tak berbeda jauh dengan sang sahabat. Namun ada satu hal yang dia
lupakan. Sang sahabat adalah orang yang tak pernah berhenti berkarya, terutama
menulis. Dia tak pernah lelah menuangkan ide-idenya dalam tulisan. Dia tak
pernah lelah menggoreskan pena dan menuliskan pemikirannya. .
Ilustrasi
diatas hanya satu contoh dari sekian banyak kerugian yang akan didapatkan oleh
mahasiswa karena memarginalkan menulis dalam hidupnya. Banyak mahasiswa
menggali dan terus menggali ilmu. Mereka membaca, mencari dan mempelajari namun
mereka lupa menghasilkan. Mereka lupa berkarya, lupa menuangkan
gagasan-gagasannya. Mereka sulit untuk menggoreskan pena.. Chapman ( 2001 ) menegaskan,
mengingat menulis memiliki peran penting dalam kehidupan akademik, social, dan
bahkan personal, maka pengembangan keterampilan menulis merupakan prioritas
utama dalam kegiatan pendidikan. Melalui kegiatan menulis, mahasiswa dapat
mendorong meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Mengapa harus
menulis? Banyak orang dan mahasiswa berasumsi bahwa menulis bukan hal yang
mesti dilakukan. Cukup dengan segala macam pengetahuan yang dimiliki tanpa
menuangkannya dalam karya tulis. Mungkin
menulis hanya menjadi formalitas saat menyusun tesis atau tugas-tugas. Padahal
banyak manfaat dan hikmah yang bisa dipetik dari goresan pena di atas kertas.
1. Menulis sebagai ibadah
Dikatakan dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda,
“ tiga perkara yang akan mengikuti mayat dan dua daripadanya akan pulang. Hanya
satu saja yang akan bersamanya dalam kubur. Perkara tersebut ialah : Kaum
kerabat, harta benda dan amalannya. Semua kaum kerabat dan harta bendanya akan
pulang, manakala yang kekal bersamanya adalah amalannya.’’ ( HR. Bukhari-Muslim
)
Menulis merupakan suatu amalan yang tidak pernah ada putusnya meskipun si
penulis telah kembali pada sang Khaliq. Ketika kita menulis, tulisan itu abadi,
dibaca oleh lintas generasi, maka sekalipun kita telah tiada, selama tulisan
itu dibaca orang, maka pahala akan tetap mengalir. Dapat dibayangkan berapa
besarnya pahala yang didapat oleh Al-Bukhari, Imam Al-Ghazali, dan para penulis
kitab ternama lainnya. Mereka sudah menghadap keharibaan illahi, tapi masih
mendapat pahala yang berlimpah dari tulisannya yang melegenda itu. Dengan
menulis, berarti kita telah menginvestasikan kemampuan untuk bekal hidup di
alam nanti. menulis
menjadi sarana dakwah, yakni da’wah bil qolam (dakwah dengan tulisan).
Dengan tulisan, semua Muslim bisa menjadi jurudakwah, tanpa perlu malu, gugup,
demam panggung, dan tanpa harus menjadi penceramah di atas mimbar. Menulis
dalam konteks ini adalah dakwah tanpa mimbar. Hanya dengan mengutipkan
sebuah ayat atau hadits di mading atau buletin, kita telah berdakwah.
2.
Menulis menata pikiran
Mengutip kata-kata Andreas Hurafa dalam bukunya, Agar
Menulis-Mengarang Bisa Gampang, "Bagi saya, mengarang adalah salah satu
cara belajar. Banyak hal yang saya pelajari menjadi lebih kuat melekat dalam
ingatan karena saya olah menjadi tulisan. Pada saat saya menulis, berbagai ide
dan gagasan yang simpang siur harus mulai disusun secara sistematis agar dapat
dipahami orang lain dengan baik. Proses penyusunan ide-ide itu akan membawa
saya pada pengenalan akan ide-ide orang lain dan pendapat pribadi saya terhadap
ide-ide tersebut. Lalu saya harus belajar menyusun argumentasi untuk menopang
ide saya agar masuk akal (rasional). Dengan demikian, keterampilan mengarang sesungguhnya
mengembangkan sikap rasional dalam diri si pengarang itu sendiri."
Dalam bukunya Quantum Writing, Hernowo menuliskan
teknik-teknik baru dalam menulis buku, sebagai berikut;
a. Menulis – Mengalir dengan menggunakan
metode peta pikiran
b. Menulis – Dinamis dengan menggunakan
iringan musik
c.
Menulis – Sinergis gaya Quantum Learning
d.
Menulis – Super
gaya Accelerated Learning
Meskipun berbeda dalam gaya. Semua metode di atas pada
dasarnya memiliki kesamaan dalam menata pikiran.
3.
Suatu
tulisan berpotensi tersabar sangat luas
Jika kita mengirimkan suatu artikel yang kita buat
melalui email kepada – katakanlah – lima milis yang kita ikuti, berarti kita
sudah mengirimkan artike kepada lima puluh orang, dengan asumsi satu milis
terdiri dari sepuluh anggota. Jika separuh saja dari anggota setiap milis tadi
menyebarkannya pada lima milis lainnya yang berbeda, berarti potensi orang yang
akan membaca artikel tadi adalah 5 milis X 5 orang X 5 milis X 10 orang = 1250
orang.
4.
Menulis
itu menyehatkan
Menurut Fatima
Fernissi sebagaimana dikutip hernowo dalam bukunya Quantum Writing, menulis itu
menyehatkan.
Usahakan menulis
setiap hari. Niscaya, kulit Anda akan menjadi segar kembali akibat kandungannya
yang luar biasa! Dari saat Anda bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel.
Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di bawah mata Anda akan
segera lenyap dan kulit Anda akan terasa segar kembali.
Dr Pennebaker,
mendukung keyakinan Mernissi dengan membuktikan bahwa menulis dapat
meningkatkan kekebalan tubuh seseorang. Dari sample mahasiswa yang dia teliti
didapatkan kunjungan ke klinik kesehatan menurun dengan cukup signifikan
setelah mereka menulis. Pemeriksaan darah yang dilakukan setelah mereka menulis
pun menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
Dalam jurnal Clinical Psychology, James Pennebaker, Ph.D dan Janet Seager, Ph.D melaporkan: orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.
Dalam jurnal Clinical Psychology, James Pennebaker, Ph.D dan Janet Seager, Ph.D melaporkan: orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.
Menurut
Pannebaker, manfaat menulis adalah sebagai berikut :
1. Menulis
dapat menjernihkan pikiran
Saat
memulai tugas yang rumit, cobalah untuk menuliskan pikiran dan perasaan Anda.
Para ahli hipnotis profesional sering menggunakan teknik ini untuk mempercepat
proses hipnotis. Pada dasarnya, mereka meminta klien mereka untuk menuliskan
pikiran dan perasaan mereka pada saat itu. Saat klien mereka selesai menulis,
ahli hipnotis ini meminta klien untuk merobek kertas yang mereka pakai dan
membuangnya. Hal ini merupakan sebuah tindakan simbolis bagi penjernihan
pikiran.
2. Menulis dapat mengatasi trauma
Sesudah
terjadinya sebuah kemelut yang besar, orang-orang cenderung dihantui kejadian
itu. Dalam memikirkan trauma itu, bahkan dalam upaya untuk tidak memikirkannya,
orang-orang akan menggunakan kapasitas pikiran-pikirannya yang terbesar. Oleh
sebab itu, mereka akan menjadi pelupa dan tidak bisa memusatkan perhatian
mereka pada pekerjaan-pekerjaan baru yang besar. Menulis tentang trauma akan
membantu dalam mengelola trauma, dan dengan demikian membebaskan pikiran untuk
menangani tugas-tugas lainnya.
Terapi penyembuhan diri (trauma healing) antara lain merujuk pada
Paulo Coelho yang dalam novel The Al Chemist. Ia menyarankan agar kita menuliskan segala kesedihan
atau perasaan yang mengganggu dalam selembar kertas dan melarungkannya ke
sungai. Niscaya kesedihan atau kekuatiran akan sirna!
3. Menulis
dapat membantu memecahkan masalah
Karena menulis
mendorong proses integrasi informasi, maka menulis bisa membantu memecahkan
masalah-masalah yang rumit. Jika seseorang menulis dengan bebas tentang sebuah
masalah yang rumit yang sedang ia hadapi, ia akan lebih mudah untuk mendapatkan
pemecahannya. Ada beberapa alasan untuk hal ini. Salah satunya adalah bahwa
menulis memaksa orang-orang memusatkan perhatian mereka lebih panjang pada satu
topik tertentu daripada kalau mereka hanya memikirkannya. Karena menulis lebih
lambat daripada berpikir, setiap gagasan harus dipikirkan dengan lebih
terperinci. Menulis lebih bersifat “linier” daripada berpikir, yaitu bahwa
menulis memaksa suatu gagasan untuk ditranskripkan sebelum gagasan lainnya
mulai dipikirkan.
Singkatnya,
menulis bisa menjadi sebuah kemampuan yang sangat berharga dalam mempelajari
dan menghadapi dunia. Pada kesempatan yang tepat, menulis bisa meningkatkan
kesehatan fisik dan mental. Meskipun bukan suatu obat yang serba manjur,
penggunaan kegiatan menulis secara bijaksana bisa memperbaiki kualitas kehidupan
bagi sebagian besar dari kita.
4. Membantu
mendapat dan mengingat informasi baru
Seperti yang
ditunjukkan oleh penelitian tentang kegiatan mencatat, menulis catatan yang
penuh pemikiran, atau, dalam kasus anak-anak kecil, coretan-coretan, membantu
orang-orang untuk mendapatkan dan mengingat kembali gagasan-gagasan baru.
Menulis bisa membantu memberikan suatu kerangka yang bisa dipakai untuk
memahami perspektif baru dan unik dari orang lain. Bahkan menulis tentang hal
tersebut akan membuat gagasan-gagasan semakin jelas dan mudah diingat. Demikian
hasil penelitian Pennebaker sebagaimana dikutip Hernowo dalam bukunya Quantum
Writing.
Selain manfaat-manfaat menulis di atas, masih ada manfaat lain dari
menulis, diantaranya ;
1.
Self Expression.
Menulis berarti
mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan. Dijamin, “beban” yang ada
dalam diri akan berkurang, serasa lepas, dengan menulis. Tulisan menjadi semacam sarana “curhat”. Apalagi jika kemudian tulisan
itu dibaca dan ditanggapi orang lain. Anda akan merasa bahagia jika
diperhatikan orang, bukan? menurut sebuah penelitian, sumber kebahagiaan yang
utama adalah ekspresi diri, sedangkan harta dan yang lainnya berada pada urutan
berikutnya.
2.
Self Image or Personal Branding
Dengan menulis, anda akan
membangun “citra diri” (self image) sebagai orang yang berwawasan, intelek, dan berkualitas. Dengan
menulis, orang akan mengetahui bahwa anda orang yang berwawasan, punya
pemikiran bagus, atau sebaliknya picik dan bloon. Dengan menulis, seorang
mahasiswa dapat mengangkat derajatnya di mata dosen dan teman-teman. Menulis
juga merupakan salah satu hal yang membedakan orang terpelajar dan bukan.
Tulisan anda adalah
“iklan” atau “promosi” tentang diri anda kepada orang lain (personal branding). anda akan memilki banyak
fans atau supporter jika tulisan anda memikat
hati mereka, anda pun akan menjadi orang populer, dikenal banyak orang.
3.
Self Confident
Tulisan yang bagus akan
membangun citra diri sang penulis yang pada gilirannya membangun kepercayaan
dirinya (self confident). Orang yang suka menulis
akan senantiasa menjadi perhatian dan menonjol dibandingkan yang lain. Jika
orang memuji tulisan anda, yakinlah kepercayaan diri anda akan makin baik
sekaligus memotivasi anda untuk menulis lebih baik lagi.
4.
Agent of Change
Dengan menulis, anda bisa menjadi “agen
perubahan”. Ide-ide yang dituangkan dalam tulisan dapat mempengaruhi pemikiran
pembaca, membentuk opini publik (public opinion), dan melakukan sesuatu sesuai dengan ide anda.
Andai RA Kartini tidak menulis surat kepada kawan-kawannya, dia tidak akan
dijuluki “tokoh emansipasi wanita” atau orang tidak akan membicarakan hak-hak
kaum wanita.
Tulisan bahkan memiliki kekuatan untuk menggulingkan
sebuah rezim pemerintah, juga dapat mencegah perang, membangkitkan semangat
hidup, menyelamatkan nyawa. Selain itu, dengan menulis ilmu yang anda miliki
tersebar kepada banyak orang. Jadilah anda seorang guru.
5. Sharing.
Selain berbagi ide atau pemikiran, menulis juga menjadi sarana berbagi
pengalaman. Ini berarti, anda menjadi “guru”
bagi pembaca anda. Bukankah sering dikatakan pengalaman adalah guru
terbaik? Pengalaman yang dituangkan dalam tulisan pasti mengandung hikmah
(pelajaran).
6. Profit Making
Keuntungan finansial
adalah bagian dari berkah menulis. Hampir semua media massa memberikan honor
bagi penulisnya. Demikian pula penerbit buku yang memberikan royalti atau
membeli naskah penulisnya. Anda
bisa mencari nafkah dengan menulis, asalkan produktivitas menulis anda tinggi
atau memadai. JK Rowling yang hanya seorang guru miskin di Inggris pun tak
pernah bermimpi jika Harry Potter akan
mendunia, padahal semula ia hanya ingin menuliskan khayalan masa kecilnya.
Demikianlah keajaiban
–keajaiban goresan pena. Betapa banyak manfaat yang dapat dipetik dari sebuah
tulisan, mulai dari proses menulis, kebiasaan menulis, dan dampak menulis bagi
diri sendiri dan orang lain. Tulisan memiliki kekuatan yang maha dahsyat.
Tulisan dapat menggulingkan sebuah rezim, tulisan dapat mencegah perang,
tulisan dapat membangkitkan semangat hidup, tulisan dapat menyelamatkan nyawa,
tulisan dapat mengasah otak, tulisan juga dapat mendatangkan rejeki.
Kita sebagai mahasiswa akan
mendapat banyak manfaat dari setiap goresan yang kita buat. Setiap kata yang
tergores menorehkan makna bagi setiap insan yang menyelaminya. Setiap ilmu yang
kita alirkan akan menjadi bekal di
akhirat nanti. Selain itu kitapun akan mendapat prestize atau penghargaan dari
hasil karya kita di dunia, Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Ayo kita tanamkan kebiasaan menulis dari sekarang !!
Referesi
Abu Al-Ghifari, Kiat Menjadi Penulis
Sukses. Bandung : Mujahid Press 2002
Wahyu, Cecep Choerudin, Yuni Yuliani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis. Bandung:
Insan Mandiri. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar