Selasa, 08 Mei 2012

Keajaiban Goresan Pena

“KEAJAIBAN GORESAN PENA”


DISUSUN OLEH:
Riyadul Maisah

Keajaiban Goresan Pena

Dua orang alumni sebuah universitas terkemuka bertemu di lobby sebuah hotel. Satu di antaranya berpenampilan elegant, memakai jas dan dasi serta membawa tas hitam di tangan kanannya. Wajahnya menyiratkan semangat penuh antusias dengan mata menatap lurus ke depan seolah tidak lama lagi dia akan menggenggam dunia, rupanya pria ini sedang bersiap mengisi sebuah seminar penting.   Seorang yang lain tak kalah rapi, namun  bedanya, kehadiran pria satu ini adalah sebagai peserta.
Dia bahagia melihat sang sahabat berada di depan sebagai seorang pemateri. Dia bangga pada sang sahabat. Namun di sisi lain ada penyesalan dalam dirinya. Dia berpikir keras mengapa dia tidak serta berada di tempat yang sama dengan sahabatnya. Dia hanya mencoba mengobati kekecewaan dengan mengatasnamakan takdir dan nasib. Walaupun jauh di lubuk hatinya dia teringat beberapa tahun silam saat menikmati bangku kuliah banyak kesempatan yang dilewatkannya. Dia sadar, dia tak kalah cerdas bila dibandingkan dengan sahabatnya, nilai indeks prestasinya tak berbeda jauh dengan sang sahabat. Namun ada satu hal yang dia lupakan. Sang sahabat adalah orang yang tak pernah berhenti berkarya, terutama menulis. Dia tak pernah lelah menuangkan ide-idenya dalam tulisan. Dia tak pernah lelah menggoreskan pena dan menuliskan pemikirannya. .
Ilustrasi diatas hanya satu contoh dari sekian banyak kerugian yang akan didapatkan oleh mahasiswa karena memarginalkan menulis dalam hidupnya. Banyak mahasiswa menggali dan terus menggali ilmu. Mereka membaca, mencari dan mempelajari namun mereka lupa menghasilkan. Mereka lupa berkarya, lupa menuangkan gagasan-gagasannya. Mereka sulit untuk menggoreskan pena.. Chapman ( 2001 ) menegaskan, mengingat menulis memiliki peran penting dalam kehidupan akademik, social, dan bahkan personal, maka pengembangan keterampilan menulis merupakan prioritas utama dalam kegiatan pendidikan. Melalui kegiatan menulis, mahasiswa dapat mendorong meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Mengapa harus menulis? Banyak orang dan mahasiswa berasumsi bahwa menulis bukan hal yang mesti dilakukan. Cukup dengan segala macam pengetahuan yang dimiliki tanpa menuangkannya dalam karya tulis. Mungkin menulis hanya menjadi formalitas saat menyusun tesis atau tugas-tugas. Padahal banyak manfaat dan hikmah yang bisa dipetik dari goresan pena di atas kertas.

1.   Menulis sebagai ibadah
Dikatakan dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda, “ tiga perkara yang akan mengikuti mayat dan dua daripadanya akan pulang. Hanya satu saja yang akan bersamanya dalam kubur. Perkara tersebut ialah : Kaum kerabat, harta benda dan amalannya. Semua kaum kerabat dan harta bendanya akan pulang, manakala yang kekal bersamanya adalah amalannya.’’ ( HR. Bukhari-Muslim )
Menulis merupakan suatu amalan yang tidak pernah ada putusnya meskipun si penulis telah kembali pada sang Khaliq. Ketika kita menulis, tulisan itu abadi, dibaca oleh lintas generasi, maka sekalipun kita telah tiada, selama tulisan itu dibaca orang, maka pahala akan tetap mengalir. Dapat dibayangkan berapa besarnya pahala yang didapat oleh Al-Bukhari, Imam Al-Ghazali, dan para penulis kitab ternama lainnya. Mereka sudah menghadap keharibaan illahi, tapi masih mendapat pahala yang berlimpah dari tulisannya yang melegenda itu. Dengan menulis, berarti kita telah menginvestasikan kemampuan untuk bekal hidup di alam nanti. menulis menjadi sarana dakwah, yakni da’wah bil qolam (dakwah dengan tulisan). Dengan tulisan, semua Muslim bisa menjadi jurudakwah, tanpa perlu malu, gugup, demam panggung, dan tanpa harus menjadi penceramah di atas mimbar. Menulis dalam konteks ini adalah dakwah tanpa mimbar. Hanya dengan mengutipkan sebuah ayat atau hadits di mading atau buletin, kita telah berdakwah.
2.   Menulis menata pikiran
Mengutip kata-kata Andreas Hurafa dalam bukunya, Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang, "Bagi saya, mengarang adalah salah satu cara belajar. Banyak hal yang saya pelajari menjadi lebih kuat melekat dalam ingatan karena saya olah menjadi tulisan. Pada saat saya menulis, berbagai ide dan gagasan yang simpang siur harus mulai disusun secara sistematis agar dapat dipahami orang lain dengan baik. Proses penyusunan ide-ide itu akan membawa saya pada pengenalan akan ide-ide orang lain dan pendapat pribadi saya terhadap ide-ide tersebut. Lalu saya harus belajar menyusun argumentasi untuk menopang ide saya agar masuk akal (rasional). Dengan demikian, keterampilan mengarang sesungguhnya mengembangkan sikap rasional dalam diri si pengarang itu sendiri."
Dalam bukunya Quantum Writing, Hernowo menuliskan teknik-teknik baru dalam menulis buku, sebagai berikut;
a.       Menulis – Mengalir dengan menggunakan metode peta pikiran
b.      Menulis – Dinamis dengan menggunakan iringan musik
c.       Menulis – Sinergis gaya Quantum Learning
d.      Menulis – Super  gaya Accelerated Learning

Meskipun berbeda dalam gaya. Semua metode di atas pada dasarnya memiliki kesamaan dalam menata pikiran.

3.      Suatu tulisan berpotensi tersabar sangat luas
Jika kita mengirimkan suatu artikel yang kita buat melalui email kepada – katakanlah – lima milis yang kita ikuti, berarti kita sudah mengirimkan artike kepada lima puluh orang, dengan asumsi satu milis terdiri dari sepuluh anggota. Jika separuh saja dari anggota setiap milis tadi menyebarkannya pada lima milis lainnya yang berbeda, berarti potensi orang yang akan membaca artikel tadi adalah 5 milis X 5 orang X 5 milis X 10 orang = 1250 orang.

4.      Menulis itu menyehatkan
Menurut Fatima Fernissi sebagaimana dikutip hernowo dalam bukunya Quantum Writing, menulis itu menyehatkan.
Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit Anda akan menjadi segar kembali akibat kandungannya yang luar biasa! Dari saat Anda bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di bawah mata Anda akan segera lenyap dan kulit Anda akan terasa segar kembali.
Dr Pennebaker, mendukung keyakinan Mernissi dengan membuktikan bahwa menulis dapat meningkatkan kekebalan tubuh seseorang. Dari sample mahasiswa yang dia teliti didapatkan kunjungan ke klinik kesehatan menurun dengan cukup signifikan setelah mereka menulis. Pemeriksaan darah yang dilakukan setelah mereka menulis pun menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
      Dalam jurnal Clinical Psychology, James Pennebaker, Ph.D dan Janet Seager, Ph.D melaporkan: orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.
Menurut Pannebaker, manfaat menulis adalah sebagai berikut :
1.      Menulis dapat menjernihkan pikiran
Saat memulai tugas yang rumit, cobalah untuk menuliskan pikiran dan perasaan Anda. Para ahli hipnotis profesional sering menggunakan teknik ini untuk mempercepat proses hipnotis. Pada dasarnya, mereka meminta klien mereka untuk menuliskan pikiran dan perasaan mereka pada saat itu. Saat klien mereka selesai menulis, ahli hipnotis ini meminta klien untuk merobek kertas yang mereka pakai dan membuangnya. Hal ini merupakan sebuah tindakan simbolis bagi penjernihan pikiran.
2.       Menulis dapat mengatasi trauma
Sesudah terjadinya sebuah kemelut yang besar, orang-orang cenderung dihantui kejadian itu. Dalam memikirkan trauma itu, bahkan dalam upaya untuk tidak memikirkannya, orang-orang akan menggunakan kapasitas pikiran-pikirannya yang terbesar. Oleh sebab itu, mereka akan menjadi pelupa dan tidak bisa memusatkan perhatian mereka pada pekerjaan-pekerjaan baru yang besar. Menulis tentang trauma akan membantu dalam mengelola trauma, dan dengan demikian membebaskan pikiran untuk menangani tugas-tugas lainnya.
Terapi penyembuhan diri (trauma healing) antara lain merujuk pada Paulo Coelho yang dalam novel The Al Chemist. Ia menyarankan agar kita menuliskan segala kesedihan atau perasaan yang mengganggu dalam selembar kertas dan melarungkannya ke sungai. Niscaya kesedihan atau kekuatiran akan sirna!
3.      Menulis  dapat membantu memecahkan masalah
Karena menulis mendorong proses integrasi informasi, maka menulis bisa membantu memecahkan masalah-masalah yang rumit. Jika seseorang menulis dengan bebas tentang sebuah masalah yang rumit yang sedang ia hadapi, ia akan lebih mudah untuk mendapatkan pemecahannya. Ada beberapa alasan untuk hal ini. Salah satunya adalah bahwa menulis memaksa orang-orang memusatkan perhatian mereka lebih panjang pada satu topik tertentu daripada kalau mereka hanya memikirkannya. Karena menulis lebih lambat daripada berpikir, setiap gagasan harus dipikirkan dengan lebih terperinci. Menulis lebih bersifat “linier” daripada berpikir, yaitu bahwa menulis memaksa suatu gagasan untuk ditranskripkan sebelum gagasan lainnya mulai dipikirkan.
Singkatnya, menulis bisa menjadi sebuah kemampuan yang sangat berharga dalam mempelajari dan menghadapi dunia. Pada kesempatan yang tepat, menulis bisa meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Meskipun bukan suatu obat yang serba manjur, penggunaan kegiatan menulis secara bijaksana bisa memperbaiki kualitas kehidupan bagi sebagian besar dari kita.
4.      Membantu mendapat dan mengingat informasi baru
Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian tentang kegiatan mencatat, menulis catatan yang penuh pemikiran, atau, dalam kasus anak-anak kecil, coretan-coretan, membantu orang-orang untuk mendapatkan dan mengingat kembali gagasan-gagasan baru. Menulis bisa membantu memberikan suatu kerangka yang bisa dipakai untuk memahami perspektif baru dan unik dari orang lain. Bahkan menulis tentang hal tersebut akan membuat gagasan-gagasan semakin jelas dan mudah diingat. Demikian hasil penelitian Pennebaker sebagaimana dikutip Hernowo dalam bukunya Quantum Writing.
Selain manfaat-manfaat menulis di atas, masih ada manfaat lain dari menulis, diantaranya ;
1.       Self Expression.
Menulis berarti mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan. Dijamin, “beban” yang ada dalam diri akan berkurang, serasa lepas, dengan menulis. Tulisan menjadi semacam sarana “curhat”. Apalagi jika kemudian tulisan itu dibaca dan ditanggapi orang lain. Anda akan merasa bahagia jika diperhatikan orang, bukan? menurut sebuah penelitian, sumber kebahagiaan yang utama adalah ekspresi diri, sedangkan harta dan yang lainnya berada pada urutan berikutnya.
2.      Self Image or Personal Branding
Dengan menulis, anda akan membangun “citra diri” (self image) sebagai orang yang berwawasan, intelek, dan berkualitas. Dengan menulis, orang akan mengetahui bahwa anda orang yang berwawasan, punya pemikiran bagus, atau sebaliknya picik dan bloon. Dengan menulis, seorang mahasiswa dapat mengangkat derajatnya di mata dosen dan teman-teman. Menulis juga merupakan salah satu hal yang membedakan orang terpelajar dan bukan.
Tulisan anda adalah “iklan” atau “promosi” tentang diri anda kepada orang lain (personal branding). anda akan memilki banyak fans atau supporter jika tulisan anda memikat hati mereka, anda pun akan menjadi orang populer, dikenal banyak orang.
3.      Self Confident
Tulisan yang bagus akan membangun citra diri sang penulis yang pada gilirannya membangun kepercayaan dirinya (self confident). Orang yang suka menulis akan senantiasa menjadi perhatian dan menonjol dibandingkan yang lain. Jika orang memuji tulisan anda, yakinlah kepercayaan diri anda akan makin baik sekaligus memotivasi anda untuk menulis lebih baik lagi.

4.      Agent of Change
Dengan menulis, anda bisa menjadi “agen perubahan”. Ide-ide yang dituangkan dalam tulisan dapat mempengaruhi pemikiran pembaca, membentuk opini publik (public opinion), dan melakukan sesuatu sesuai dengan ide anda. Andai RA Kartini tidak menulis surat kepada kawan-kawannya, dia tidak akan dijuluki “tokoh emansipasi wanita” atau orang tidak akan membicarakan hak-hak kaum wanita.
Tulisan bahkan memiliki kekuatan untuk menggulingkan sebuah rezim pemerintah, juga dapat mencegah perang, membangkitkan semangat hidup, menyelamatkan nyawa. Selain itu, dengan menulis ilmu yang anda miliki tersebar kepada banyak orang. Jadilah anda seorang guru.
5.      Sharing.
Selain berbagi ide atau pemikiran, menulis juga menjadi sarana berbagi pengalaman. Ini berarti, anda menjadi “guru”  bagi pembaca anda. Bukankah sering dikatakan pengalaman adalah guru terbaik? Pengalaman yang dituangkan dalam tulisan pasti mengandung hikmah (pelajaran).
6.      Profit Making
Keuntungan finansial adalah bagian dari berkah menulis. Hampir semua media massa memberikan honor bagi penulisnya. Demikian pula penerbit buku yang memberikan royalti atau membeli naskah penulisnya. Anda bisa mencari nafkah dengan menulis, asalkan produktivitas menulis anda tinggi atau memadai. JK Rowling yang hanya seorang guru miskin di Inggris pun tak pernah bermimpi jika Harry Potter akan mendunia, padahal semula ia hanya ingin menuliskan khayalan masa kecilnya.
Demikianlah keajaiban –keajaiban goresan pena. Betapa banyak manfaat yang dapat dipetik dari sebuah tulisan, mulai dari proses menulis, kebiasaan menulis, dan dampak menulis bagi diri sendiri dan orang lain. Tulisan memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Tulisan dapat menggulingkan sebuah rezim, tulisan dapat mencegah perang, tulisan dapat membangkitkan semangat hidup, tulisan dapat menyelamatkan nyawa, tulisan dapat mengasah otak, tulisan juga dapat mendatangkan rejeki.
Kita sebagai mahasiswa akan mendapat banyak manfaat dari setiap goresan yang kita buat. Setiap kata yang tergores menorehkan makna bagi setiap insan yang menyelaminya. Setiap ilmu yang kita  alirkan akan menjadi bekal di akhirat nanti. Selain itu kitapun akan mendapat prestize atau penghargaan dari hasil karya kita di dunia, Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Ayo kita tanamkan kebiasaan menulis dari sekarang !!
Referesi
Abu Al-Ghifari, Kiat Menjadi Penulis Sukses. Bandung : Mujahid Press 2002
Wahyu, Cecep Choerudin, Yuni Yuliani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis. Bandung: Insan Mandiri. 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar