Selasa, 06 Maret 2012

Pembelajaran Menulis


PENGAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVMENT DIVISION ( STAD )
BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS
Rangkuman
Model pembelajaran akan bersangkutan langsung dengan konsep pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ketiga konsep tersebut pe rlu dikuasai guru dengan terampil. Sebagai acuan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang secara ideal harus mencetak lurusan yang terampil berbahasa, orientasi akhir dari proses pembelajaran bahasa ( Kurikulum 2006 ) mengarah pada penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, (4) menulis.`
Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, menurut Alwasilah (2003), keterampilan menulislah yang sampai saat ini perkembangannya masih rendah. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran menulis adalah model mengajar kooperatif   Tipe Student  Team Achievment Division ( STAD ). Model ini merupakan cabang dari model pemberdayakan interaksi antara siswa dalam dinamika kelompok.
Model Mengajar
Model mengajar ialah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam melaksanakan kurikulum, menyusun materi pengajatan, dan member arah di kelas atau pun lainya. Karakteristik setiap model pengajaran ditandai oleh unsure-unsur (1) Orientation to the model (orentasi model ) menggambarkan tujuan, teori, asumsi, prinsip dan konsep pokok yang mendasar dari sebuah model. (2) the model of  teaching (model mengajar) menggambarkan ketepatan aktivitas yang terjadi.
Terdapat empat unsur yang menjelaskan cara kerja model mengajar yaitu syntax yang berarti penahapan model yang diuraikan kedalam serangkai kegiatan yang kongkrit di kelas, social system yang menggambarkan peranan hubungan guru- murid dan norma yang mengikat mereka dikelas, principal of reaction yang membicarakan bagaimana guru menghargai dan merespons murid, system support yang mengharapkan adanya system tertentu yang dipersyaratkan untuk keberhasilan pelaksanaan model, aplications  memberikan informasi tentang kegunaan model dikelas, instructional and nurturant effect menggambarkan dampak lingkungan belajar yang dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Psikologi Belajar Bahasa
Ada dua teori psikologi belajar bahasa yang diimplementasikan dalam pembelajaran menulis, yaitu :
1.      Teori Behavioristik
Teori ini relative sederhana, yakni suatu pandangan mengenai pilaku belajar yang kuncinya adalah peniruan model. Teori behavioristik menjadi landasan psikologis lahirnya metode audio-lingual dalam pembelajaran bahasa. Belajaran bahasa dilaksanakan dengan menguasai kaidah-kaidah secara mekanistik. Siswa dilatih berbahasa selaras dengan pola yang disepakati tanpa penyimpangan dengan telrnik driil.
2.      Teori Kognitif
Teori ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki peranan yang aktif dalam belajar. Pengajaran yang berdasarkan teori kognitif menekankan proses belajar aktif terutama aktif secara mental (melukiskan proses mental atau proses berpikir), di dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Berbagai bentuk metode belajar aktif seperti metode pemecahan masalah, penelitian, pengamatan, deduktif, induktif dan lain-lain merupakan metode-metode khas dari teori ini.

Landasan Belajar Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang di dasarkan pada paham konstruktivisme. Esensi teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri (Nur dalam Wikandari, 1999:2).
Ide utama teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan sendiri, otak siswa dianggap sebagai mediator alami proses masukan dari lingkungannya dan menentukan apa yang akan dipelajari.
Suparno (1997:49) menguraikan prinsip-prinsip teori konstruktivisme  sebagai berikut.
1)      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri secara aktif baik melalui proses personal maupun sosial,
2)      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan maknanya dari guru kepada siswa.
3)      Siswa membangun pengetahuannya terus menerus sehingga terjadi perubahan konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmiah.
4)      Peran guru hanya membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses pembentukan pengetahuan dapat terjadi dengan mudah.
Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top-down (siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan dengan bantuan guru keterampilan dasar yang diperlukan) dari pada bottom-up (membangun keterampilan dasar setahap demi tahap menjadi keterampilan yang lebih kompleks ).

1.      Teori Belajar Piaget
Dalam Teorinya Piaget memandang proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak (Soemanto,1998:130).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implikasi teori Piaget pada pembelajaran yaitu pembelajaran lebih berpusat pada siswa, artinya pembelajaran menekankan pada proses berpikir sehingga siswa dituntut untuk terlibat di dalamnya.
2.      Teori belajar Vygotsky
Teori Vygotsky didasarkan pada dua ide utama yaitu  perkembangan intelektual dan perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan  bahwa implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran, yaitu penerapan pola pikir bahwa perkembangan kognitif sangat erat kaitannya dengan masukan dari orang lain dan selanjutnya siswa bertanggung jawab untuk mempelajarinya sendiri.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan merupakan salah satu dari bidang-bidang dalam teori, riset, dan latihan dalam pendidikan. Dalam belajar kooperatif siswa akan mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebutdengan temannya    ( Slavin, 1995:227).
Slavin menguraikan beberapa nilai positif dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
1)      Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menunjang tinggi norma kelompok.
2)       Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.
3)      Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, dan
4)      Interaksi sesama siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Selanjutnya Slavin menguraikan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu adanya kelompok yang tidak aktif. Hal ini dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
1)      Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap bagian-bagian tertentu dari permasalahan kelompok.
2)      Masing-masing anggota kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan, karena hasil kelompok ditentukan oleh skor perkembangan tiap indvidu.

   Pembelajaran Kooperatif  Tipe STAD (Student Team Achievment Division)
STAD ( Student Team Achievment Division ) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi, dan agar saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya melalui lima tahap, yang meliputi: (1) tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes individual, (4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan (5) tahap pemberian penghargaan kelompok (Salvin, 1995:71)

Evaluasi Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan evaluasi pada banyak sekolah masih menggunakan system pringkat. Dalam system ini, siswa dibandingkan dengan teman sekelasnya dan dimasukan dalam urutan berdasarkan prestasi belajarnya.
Evaluasi pembelajaran kooperatif berpijak kepada pemikiran dasar bahwa kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.
Metode pembelajaran dan penilaian cooperative learning perlu lebih sering dipakai dalam dunia pendidikan. Agar bisa kondusif bagi proses pendewasaan dan pengembangan siswa, system belajar perlu memperhatikan pula aspek-aspek aftetif, sedangkan system individu mulai memperhatikan aspek efektif untuk mencapai hasil-hasil kognitif. Namun patut disadari, system individu ini bisa membawa dampak efektif lainnya. Sistem pendidikan gotong royong merupakan alternative menarif yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam system  kompetensi dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
    






Tidak ada komentar:

Posting Komentar