MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA
1. Identifikasi
Kalimat Topik
Setiap
paragraf mengandung minimal dua unsure. Pertama ialah kalimat topic, kedua
adalah kalimat pengembang. Posisi kalimat topic mungkin di bagian depan, di
bagian akhir paragraf. Bahkan sekali-kali ditemukan juga kalimat topic di
tengah-tengah paragraf.
Contoh
1
Guru :
Siswa :
Guru :
Siswa :
Guru :
|
Dengarkan baik-baik rakaman paragraf
berikut!
“Dengan mengandalkan pernafasan,
meditasi serta tenaga inti, Melati Putih mampu menyerap dan memanfaatkan
energy dalam. Selain untuk melindungi dari diri mara bahaya, juga untuk
kekuatan tubuh, untuk kecantikan dan sebagainya. Bukan hanya itu. Melalui
Melati Putih seseorang bias berkomunikasi dengan alam halus, dengan binatang
serta tumbuhan. Penyembuhan segala penyakit juga bias dilakukan, walau dari
jarak jauh tanpa media. Yang menarik, Melati Putih mampu mendatangkan roh.
Ini tentu sangat bermanfaat untuk melacak pelaku pembunuhan yang belum
tertangkap.” (kompas 24 Desember 2005)
(Menyimak isi rekaman, kemudian
memilih kalimat topic)
“Melati Putih mampu
menyerap dan memanfaatkan energy alam”.
Tepat! Bagus!
Kini simak lagi paragraf lisan berikut. Apa kalimat topiknya?
“Kalor secara mutlak diperlukan
manusia. Untuk menarik air, manusia perlu kalor. Untuk memasak air manusia
perlu kalor. Makanan yang kita makan juga dinilai dari kalor yang
dikandungnya. Kalor juga merupakan pengerak sekala sesuatu yang ada di
sekitar kita. Mobil, motor, pesawat terbang, mesin-mesin dipabrik semua perlu
kalor. Jelaslah bahwa kalor mutlak diperhatikan oleh manusia.
(Menyimak paragraph lisan lebih cepat.
Akhirnya mereka dapat menemukan bahwa kalimat topiknya adalah)
“Kalor secara mutlak diperlukan manusia”.
Luar biasa! Tepat sekali. Bagus.
|
2. Menyingkat
atau Merangkum
Menyimak bahan
simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu
antara cara tersebut ialah melalui penyingkatan. Menyingkat atau merangkum
berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sedikit mungkin. Namun yang
sedikit itu dapat mewakili atau menjelaskan yang panjang.
Contoh
menyingkat atau merangkum adalah sebagai berikut:
Guru :
Siswa :
Guru :
|
Simak rekaman berikut baik-baik!
Judul : Usaha Pelestarian
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Dalam usaha menjaga kelestarian sumber
daya hayati agar tidak punah adalah dengan cara menjaga keutuhan lingkungan
tempat hidup makhluk hidup. Sebab sia-sia jika kita hanya melestarikan mahluk
hidup, diisi lain lingkungan dan habitatmahluk hidup mengalami kerusakan.
Karena lingkungan merupakan pendukung kehidupan setiap makhluk hidup.
(Menyimak rekaman dengan penuh
perhatian.Hasil rangkuman mereka sebagai berikut)
“Usaha pelestarian sumber daya hayati
terdiri dari pemerintah dan seluruh komponen masyarakat”.
“Sumber daya hayati tidak akan punah
apabila kita semua dapat menjaga keutuhan lingkungan tempat hdup makhluk
hidup. Karena lingkungan merupakan pendukung kehidupan setiap makhluknya”.
Bagus! Rupanya kalian sudah
pintar-pintar.
|
3. Menyambung Cerita
Menyelesaikan Cerita Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,
setiap kelompok beranggotakan 3 – 4 orang. Guru memanggil anggota kelompok
pertama, misalnya kelompok 1, ke depan kelas. Kelompok tersebut disuruh
bercerita, judulnya bebas atau boleh juga ditentukan oleh guru.
Contoh
Guru
:
Edi :
Guru
Guru
:
Bagja :
Guru :
Sueb :
Guru :
|
Sekarang
kita akan menyusun suatu cerita. Judulnya masih rahasia. Cerita ini akan
disusun oleh empat kelompok. Bagian demi bagian akan ditampilkan di depan
kelas. Setiap orang selalu siap melanjutkan cerita..Mari kita mulai. Langsung
saja(Bapak guru menunjuk salah satu muridnya), Edi.. kedepan!
Maju
kedepan. Apa yang harus saya ceritakan, Pak?
Bebas,
apa saja boleh.
Hari
pertama liburan, aku berkunjung ke rumah nenekmakan banyak dan bercerita
bersama dalam keadaan hujan. Aku tertawa saat cerita …
Bagus
sekali, Edi! Silahkan duduk. Cerita akan dilanjutkan oleh Bagja.
Maju
ke depan, mendehem-dehem sebentar lalu melirik kepada guru.
Ayo,
lanjutkan cerita tadi, Bagja!
Kura-kura
yang mandi lumur. Badanya kotor sambil senggol-sengol, kemudian nenek
berhenti berbicara karena ada suara aneh..
Bagus,
bagus! Bagja boleh duduk. Cerita akan dilanjutkan oleh Agus.
Maju
kedepan.( Kebingungan, tidak tahu apa yang harus diceritakan karena dari tadi
tidak menyimak).
Ini
suatu peringatan bagi orang yang melalaikan tugas. Agus duduk kembali!
Pengganti Zulfi.
Aku
sudah bergemetar karena takut tiba-tiba, nenek menghampiri asal suara itu.
Nenek terkejut dan aku yang dibelakang nenek ketakutan setengah mati. Anehnya
aku ….
Bagus,
bagus sekali Bagja. Sekarang bagian akhir cerita cukup dalam satu kalimat,
katakanlah sebagai kesimpulan. Coba Sueb maju ke depan.
Maju
ke depan. (Berpikir keras)
Jangan
terlalu dipikirkan. Cukup ambil kesimpulan saja. Ayo Sueb!
Kencing
di celana, nenek tertawa ketika melihatku tanpak aneh
Masalah
aku kencing aku rahasiakan. Tapi nenek tau dan tertawa terbahak-bahak. Karena
aku takut oleh suara kucing yang tertimpa kayu besar di belakang rumah.
Bagus!
Bagus! Dengan demikian lengkaplah sudah ceita kita. Sangat luar biasa.(sambil
mengacungkan jempol kepada murid muridnya).
|
4.
Ulang
Ucap
Model
ucapan yang dipendengarkan dipersiapkan dengan cermat oleh guru. Isi model
ucapan dapat berupa foem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan
dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat dapat dibacakan atau berupa rekaman.
Model ini disimak dan ditiru oleh siswa. Cara pelaksanaannya sebagai berikut:
a.
Fonem
Guru :
/a/,/i/,/u/,/e/,/o/
Siswa : /a/,/i/,/u/,/e/,/o/
Guru : /l/,/r/
Siswa :
/l/,/r/
b.
Kata
Guru :
Khusyu
Siswa :
Khusyu
Guru :
Khas
Siswa :
Khas
5. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model Pembelajaran Bermain Peran
merupakan salah satu sub bagian dari Model Pembelajaran Berbicara pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub bagian yang lain dari model pembelajaran
Berbicara yaitu : Ulang Ucap, Lihat Ucapkan, Memerikan, Menjawab Pertanyaan,
Bertanya, Reka Cerita Gambar, Melanjutkan Cerita, Menceritakan Kembali,
Bercerita dan Parafrase.
Model pembelajaran Bermain Peran
merupakan pembelajaran terakhir pada model pembelajaran Berbicara.
Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran
tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran
berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain
Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran
peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara
atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik
akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk
ditampilkan di depan kelas nanti.
Salah satu contoh langkah-langkah
pembelajarannya, sebagai berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
- Guru menyiapkan scenario/naskah dengan tema cerita yang menarik.
- Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang perlu.
- Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam scenario.
- Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.
- Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.
- Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
- Kesimpulan.
Kemampuan membuat desain pembelajaran merupakan fokus
kompetensi yang harus Bapak/Ibu kuasai sebagai seorang guru yang benar-benar
profesional. Alasannya, kemampuan mendesain pembelajaran sangat berkaitan
langsung dengan pelaksanaan tugas Bapak/Ibu di lapangan sebagai pemegang
kendali proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka seorang Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka seorang Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah
khasanah pembelajaran bahasa Indonesia kita sehingga pembelajaran bahasa
Indonesia yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih
bermakna, menantang sekaligus menyenangkan
REFERENSI
Depdikbud.
1985. Berbicara dan Pengajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kamijan
dan Suyono. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Pelajaran Berbicara.
Jakarta: Depdiknas.
Nurhadi
dan Agus Gerald Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan Dalam
KBK. Malang: Universitas Malang.
Subyakto
N., Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:Depdikbud.
Suyatno.
2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC.
Tarigan,
Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Underwood, Mary. 1989. Teaching
Listening. London: Longman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar