ASAL USUL BUAH BATU
DAN CURUG ECE
Oleh
Riyadul Maisah
Buah Batu yang dikenal dengan
‘Pasar Kordon’ sebagai pusat pembelajaan bahan-bahan pokok, menjadikan daerah
tersebut menjadi buah bibir masyarakat kota Bandung. Keunikan nama ‘Buah Batu’,
ternyata kaya akan cerita lisan yang cukup menarik baik bagi sastrawan maupun
akademisi.
Namun, seiring berjalannya waktu, sastra lisan
yang cukup terkenal itu lambat laun mulai memudar dan membias. Sangat
disayangkan, setelah ditelusuri cerita asal usul ‘Buah Batu’ hanya dikenal oleh
masyarakat lansia saja. Misalnya sebut saja Bah Adi Yunus (85th)
salah satu pribumi yang lama singgah di
‘Buah Batu’. Beliau menuturkan asal usul
Buah Batu dan Curug Ece dengan serius. Kini cerita Bah Adi sudah Saya
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

(Gambar
Bah Adi Kusuma (13/12)
“Pada zaman dahulu ketika Abah
kecil, Buah Batu tidak seperti sekarang padat penduduk, dan berjejeran
perumahan-perumahan megah, gedung-gedung yang tinggi baik apartemen maupun sekolah
mulai tingkat SD sampai Perguruan Tinggi.
Dulu itu, Buah Batu adalah hutan pohon bambu yang
sangat mencekam. Apalagi didukung oleh aliran Curug yang sangat deras di
pinggir jalan setapak yang senantiasa banjir, konon katanya banyak sekali
korban yang jatuh terpeleset atau terjpit batu sampai meninggal, saat melintasi
Curug tersebut sehingga menambah suasana semakin menakutkan. Curug tersebut di
kenal dengan Curug Ece, yang sampai saat ini bisa kita saksikan. Ya… walaupun
keadaannya sudah tidak terawat, disebabkan karena air yang mengalir sudah
terkontraminasi dengan sampah sisa para pedagang ‘Pasar Kordon’. Alasan kenapa
dikenal Curug Ece? Karena, dahulu orang yang pertama kali meninggal di Curug
Ece ini adalah Mang Ece salah satu penduduk asli yang setiap hari melintasi
Curug ini bersama kerbau setelah selesai membajak sawah di ladang. Singkat
cerita, Mang Ece dan kerbaunya mandi di Curug tersebut, kemudian entah kenapa
dia terpeleset jatuh dan terhimpit batu besarsampai meninggal, dan anehnya mayatnya
tidak ditemukan. Menurut warga sekitar konon katanya arwah Mang Ece dan
kerbaunya sesekali muncul secara tiba-tiba dengan tangan melambai-lambai,
seolah arwahnya mengajak terjun ke Curug tersebut sehingga meresahkan
masyarakat. Selain Mang Ece masih banyak lagi korban yang ditelan hanyut di Curug Ece misalnya Bapak Sukari
teman terdekat Abah yang meninggal di sana. Itulah sebabnya kenapa sampai
sekarang di kenal Curug Ece, yang kini dijadikan jembatan oleh pemerintah dengan
nama ‘Jembatan Ece’.

(Gambar
2. Curug Ece (13/12)
Kembali lagi ke Asal Usul Buah Batu, Diceritakan
bahwasannya di pinggir Curug Ece terdapat satu pohon mangga yang sangat tinggi
dan lebat daunnya. Kesuburan pohon itu dinantikan masyarakat setempat untuk
dihasilkan buahnya.
Namun, semakin tinggi pohon mangga itu, tak ada
buah yang tumbuh disekitar dahan. Anehnya, pohon mangga tersebut malah berbuah satu buah batu
hitam yang kira-kira sebesar buah mangga.
Masarakat dihebohkan dengan keanehan pohon mangga
tersebut. Oleh karena itu dinamakan ‘Buah Batu’, karena berasal dari kata
‘Buah’ yaitu dikenal oleh suku Sunda ‘mangga’
dan ‘Batu’. Jadi sampai sekarang disebut ‘Buah Batu’.
Tidak lama setelah batu itu muncul, tiba-tiba batu
itu jatuh tepat di depan pohon mangga.
Batu yang mulanya kecil, terus tumbuh menjadi
sebongkah batu yang sangat besar. Masyarakat menjas bahwa batu itu hidup dan
akan tumbuh besar setiap harinya. Karena keanehan itulah batu yang besar itu
dijadikan tempat ziarah penduduk Buah Batu zaman itu dan disebut ‘Abah Batu’,
yang kebetulan pada waktu itu karuhun yang menjaga ‘Batu hidup’ itu bernama
‘Abah Dalam Wira Suta’ yang sampai saat ini makamnya sering di jadikan tempat
ziarah. Konon katanya, apabila kita bisa memeluk batu besar itu, maka dia akan
mendapatkan kebahagiaan serta kekayaan yang melimpah, namun sebaliknya apabila
kita tidak beruntung maka batu itu akan bertambah besar sehingga tidak dapat
dipeluk.
Kini pohon
mangga yang berbuah batu itu tidak lagi berbuah namun pohonnya semakin tinggi
dan lebat daunnya. Maka disebutlah ‘Batu Nunggal’ yang artinya ‘Batu Satu’.
Sampai saat ini dijadikan nama daerah ‘Batu Nunggal’. ***