PENGAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAM
ACHIEVMENT DIVISION ( STAD )
BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS
Rangkuman
Model
pembelajaran akan bersangkutan langsung dengan konsep pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Ketiga konsep tersebut pe rlu dikuasai guru dengan
terampil. Sebagai acuan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang secara ideal
harus mencetak lurusan yang terampil berbahasa, orientasi akhir dari proses
pembelajaran bahasa ( Kurikulum 2006 ) mengarah pada penguasaan empat
keterampilan berbahasa, yaitu (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, (4)
menulis.`
Dari
keempat keterampilan berbahasa tersebut, menurut Alwasilah (2003), keterampilan
menulislah yang sampai saat ini perkembangannya masih rendah. Salah satu model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran menulis adalah model
mengajar kooperatif Tipe Student Team Achievment Division ( STAD ). Model ini
merupakan cabang dari model pemberdayakan interaksi antara siswa dalam dinamika
kelompok.
Model Mengajar
Model
mengajar ialah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam melaksanakan
kurikulum, menyusun materi pengajatan, dan member arah di kelas atau pun
lainya. Karakteristik setiap model pengajaran ditandai oleh unsure-unsur (1)
Orientation to the model (orentasi model ) menggambarkan tujuan, teori, asumsi,
prinsip dan konsep pokok yang mendasar dari sebuah model. (2) the model of teaching (model mengajar) menggambarkan
ketepatan aktivitas yang terjadi.
Terdapat
empat unsur yang menjelaskan cara kerja model mengajar yaitu syntax yang berarti penahapan model yang
diuraikan kedalam serangkai kegiatan yang kongkrit di kelas, social system yang
menggambarkan peranan hubungan guru- murid dan norma yang mengikat mereka
dikelas, principal of reaction yang
membicarakan bagaimana guru menghargai dan merespons murid, system support yang mengharapkan adanya
system tertentu yang dipersyaratkan untuk keberhasilan pelaksanaan model, aplications memberikan informasi tentang kegunaan model
dikelas, instructional and nurturant
effect menggambarkan dampak lingkungan belajar yang dapat terjadi baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Psikologi Belajar Bahasa
Ada
dua teori psikologi belajar bahasa yang diimplementasikan dalam pembelajaran
menulis, yaitu :
1. Teori
Behavioristik
Teori ini relative sederhana, yakni suatu pandangan
mengenai pilaku belajar yang kuncinya adalah peniruan model. Teori
behavioristik menjadi landasan psikologis lahirnya metode audio-lingual dalam
pembelajaran bahasa. Belajaran bahasa dilaksanakan dengan menguasai
kaidah-kaidah secara mekanistik. Siswa dilatih berbahasa selaras dengan pola
yang disepakati tanpa penyimpangan dengan telrnik driil.
2. Teori
Kognitif
Teori ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki
peranan yang aktif dalam belajar. Pengajaran yang berdasarkan teori kognitif
menekankan proses belajar aktif terutama aktif secara mental (melukiskan proses
mental atau proses berpikir), di dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta
menggunakannya. Berbagai bentuk metode belajar aktif seperti metode pemecahan
masalah, penelitian, pengamatan, deduktif, induktif dan lain-lain merupakan
metode-metode khas dari teori ini.
Landasan Belajar Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang di dasarkan pada paham konstruktivisme. Esensi teori
konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan
informasi itu miliknya sendiri (Nur dalam Wikandari, 1999:2).
Ide utama teori ini adalah siswa secara aktif
membangun pengetahuan sendiri, otak siswa dianggap sebagai mediator alami
proses masukan dari lingkungannya dan menentukan apa yang akan dipelajari.
Suparno
(1997:49) menguraikan prinsip-prinsip teori konstruktivisme sebagai berikut.
1) Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri secara aktif baik melalui proses personal maupun
sosial,
2) Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan maknanya dari guru kepada siswa.
3) Siswa
membangun pengetahuannya terus menerus sehingga terjadi perubahan konsepsi yang
sesuai dengan konsep ilmiah.
4) Peran
guru hanya membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses pembentukan
pengetahuan dapat terjadi dengan mudah.
Pendekatan
konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top-down
(siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan untuk
dipecahkan dan selanjutnya memecahkan dengan bantuan guru keterampilan dasar
yang diperlukan) dari pada bottom-up (membangun keterampilan dasar setahap demi
tahap menjadi keterampilan yang lebih kompleks ).
1.
Teori
Belajar Piaget
Dalam
Teorinya Piaget memandang proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak (Soemanto,1998:130).
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa implikasi teori Piaget pada pembelajaran yaitu pembelajaran
lebih berpusat pada siswa, artinya pembelajaran menekankan pada proses berpikir
sehingga siswa dituntut untuk terlibat di dalamnya.
2.
Teori
belajar Vygotsky
Teori
Vygotsky didasarkan pada dua ide utama yaitu
perkembangan intelektual dan perkembangan bergantung pada sistem-sistem
isyarat.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa implikasi teori
Vygotsky dalam pembelajaran, yaitu penerapan pola pikir bahwa perkembangan
kognitif sangat erat kaitannya dengan masukan dari orang lain dan selanjutnya
siswa bertanggung jawab untuk mempelajarinya sendiri.
Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan merupakan salah satu dari bidang-bidang dalam teori,
riset, dan latihan dalam pendidikan. Dalam belajar kooperatif siswa akan mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan masalah-masalah tersebutdengan temannya ( Slavin, 1995:227).
Slavin
menguraikan beberapa nilai positif dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Siswa
bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menunjang tinggi norma kelompok.
2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat
untuk sama-sama berhasil.
3) Siswa
aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok, dan
4) Interaksi
sesama siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Selanjutnya Slavin menguraikan kelemahan
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu adanya kelompok yang tidak aktif. Hal ini
dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
1) Masing-masing
anggota kelompok bertanggung jawab terhadap bagian-bagian tertentu dari
permasalahan kelompok.
2)
Masing-masing anggota kelompok
harus mempelajari materi secara keseluruhan, karena hasil kelompok ditentukan
oleh skor perkembangan tiap indvidu.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievment Division)
STAD
( Student Team Achievment Division ) merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi, dan agar saling membantu
dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada
proses pembelajarannya melalui lima tahap, yang meliputi: (1) tahap penyajian
materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes individual, (4) tahap
perhitungan skor perkembangan individu, dan (5) tahap pemberian penghargaan
kelompok (Salvin, 1995:71)
Evaluasi Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan
evaluasi pada banyak sekolah masih menggunakan system pringkat. Dalam system
ini, siswa dibandingkan dengan teman sekelasnya dan dimasukan dalam urutan
berdasarkan prestasi belajarnya.
Evaluasi
pembelajaran kooperatif berpijak kepada pemikiran dasar bahwa kerja sama
merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.
Metode
pembelajaran dan penilaian cooperative learning perlu lebih sering dipakai
dalam dunia pendidikan. Agar bisa kondusif bagi proses pendewasaan dan
pengembangan siswa, system belajar perlu memperhatikan pula aspek-aspek
aftetif, sedangkan system individu mulai memperhatikan aspek efektif untuk
mencapai hasil-hasil kognitif. Namun patut disadari, system individu ini bisa
membawa dampak efektif lainnya. Sistem pendidikan gotong royong merupakan
alternative menarif yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam system kompetensi dan keterasingan dalam system
individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar