Jumat, 16 November 2012

Sastra Nusantara...(MITOS)



ASAL USUL BUAH BATU
DAN CURUG ECE
Oleh
Riyadul Maisah


Buah Batu yang dikenal dengan ‘Pasar Kordon’ sebagai pusat pembelajaan bahan-bahan pokok, menjadikan daerah tersebut menjadi buah bibir masyarakat kota Bandung. Keunikan nama ‘Buah Batu’, ternyata kaya akan cerita lisan yang cukup menarik baik bagi sastrawan maupun akademisi.
Namun, seiring berjalannya waktu, sastra lisan yang cukup terkenal itu lambat laun mulai memudar dan membias. Sangat disayangkan, setelah ditelusuri cerita asal usul ‘Buah Batu’ hanya dikenal oleh masyarakat lansia saja. Misalnya sebut saja Bah Adi Yunus (85th) salah satu  pribumi yang lama singgah di ‘Buah Batu’. Beliau menuturkan  asal usul Buah Batu dan Curug Ece dengan serius. Kini cerita Bah Adi sudah Saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Description: D:\Album Kenangan\Snapshot_20121113_1.JPG
(Gambar Bah Adi Kusuma (13/12)

“Pada zaman dahulu ketika Abah kecil, Buah Batu tidak seperti sekarang padat penduduk, dan berjejeran perumahan-perumahan megah, gedung-gedung yang tinggi baik apartemen maupun sekolah mulai tingkat SD sampai Perguruan Tinggi.
Dulu itu, Buah Batu adalah hutan pohon bambu yang sangat mencekam. Apalagi didukung oleh aliran Curug yang sangat deras di pinggir jalan setapak yang senantiasa banjir, konon katanya banyak sekali korban yang jatuh terpeleset atau terjpit batu sampai meninggal, saat melintasi Curug tersebut sehingga menambah suasana semakin menakutkan. Curug tersebut di kenal dengan Curug Ece, yang sampai saat ini bisa kita saksikan. Ya… walaupun keadaannya sudah tidak terawat, disebabkan karena air yang mengalir sudah terkontraminasi dengan sampah sisa para pedagang ‘Pasar Kordon’. Alasan kenapa dikenal Curug Ece? Karena, dahulu orang yang pertama kali meninggal di Curug Ece ini adalah Mang Ece salah satu penduduk asli yang setiap hari melintasi Curug ini bersama kerbau setelah selesai membajak sawah di ladang. Singkat cerita, Mang Ece dan kerbaunya mandi di Curug tersebut, kemudian entah kenapa dia terpeleset jatuh dan terhimpit batu besarsampai meninggal, dan anehnya mayatnya tidak ditemukan. Menurut warga sekitar konon katanya arwah Mang Ece dan kerbaunya sesekali muncul secara tiba-tiba dengan tangan melambai-lambai, seolah arwahnya mengajak terjun ke Curug tersebut sehingga meresahkan masyarakat. Selain Mang Ece masih banyak lagi korban yang ditelan  hanyut di Curug Ece misalnya Bapak Sukari teman terdekat Abah yang meninggal di sana. Itulah sebabnya kenapa sampai sekarang di kenal Curug Ece, yang kini dijadikan jembatan oleh pemerintah dengan nama ‘Jembatan Ece’.


Description: D:\Album Kenangan\Snapshot_20121113_5.JPG
(Gambar 2. Curug Ece (13/12)
Kembali lagi ke Asal Usul Buah Batu, Diceritakan bahwasannya di pinggir Curug Ece terdapat satu pohon mangga yang sangat tinggi dan lebat daunnya. Kesuburan pohon itu dinantikan masyarakat setempat untuk dihasilkan buahnya.
Namun, semakin tinggi pohon mangga itu, tak ada buah yang tumbuh disekitar dahan. Anehnya, pohon  mangga tersebut malah berbuah satu buah batu hitam yang kira-kira sebesar buah mangga.
Masarakat dihebohkan dengan keanehan pohon mangga tersebut. Oleh karena itu dinamakan ‘Buah Batu’, karena berasal dari kata ‘Buah’ yaitu dikenal oleh suku Sunda ‘mangga’  dan ‘Batu’. Jadi sampai sekarang disebut ‘Buah Batu’.
Tidak lama setelah batu itu muncul, tiba-tiba batu itu jatuh tepat di depan pohon mangga.
Batu yang mulanya kecil, terus tumbuh menjadi sebongkah batu yang sangat besar. Masyarakat menjas bahwa batu itu hidup dan akan tumbuh besar setiap harinya. Karena keanehan itulah batu yang besar itu dijadikan tempat ziarah penduduk Buah Batu zaman itu dan disebut ‘Abah Batu’, yang kebetulan pada waktu itu karuhun yang menjaga ‘Batu hidup’ itu bernama ‘Abah Dalam Wira Suta’ yang sampai saat ini makamnya sering di jadikan tempat ziarah. Konon katanya, apabila kita bisa memeluk batu besar itu, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan serta kekayaan yang melimpah, namun sebaliknya apabila kita tidak beruntung maka batu itu akan bertambah besar sehingga tidak dapat dipeluk.
 Kini pohon mangga yang berbuah batu itu tidak lagi berbuah namun pohonnya semakin tinggi dan lebat daunnya. Maka disebutlah ‘Batu Nunggal’ yang artinya ‘Batu Satu’. Sampai saat ini dijadikan nama daerah ‘Batu Nunggal’.  ***