A.
Pengertian
Psikolinguistik
Kata
psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua
bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang
berlainan. Tetapi keduanya meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hany objek
materilnya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan
psikologi mengkaji perilaku bahasa atau proses berbahasa.
Psikolinguistik
mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang
mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan
bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia (Slobin, 1974; Meller,
1964; Slama Cazahu, 1973). Maka secara teoretis tujuan utama psikoliguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara
linguisuk bisa diterima dan secara
psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
Kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah
beberapa lama berlangsung tampaknya belurn. cukup untuk dapat rnenerangkan
hakikat bahasa seperti terermin dalam definisi di atas Bantuan dan ilmu-ilmu lain sangat diperlukan, seperti neurofisiologi, neuropsikologis, neurolinguistik dan
sebagainya maka meskipun dagunakan istilah psikolinguistik bukan berarti hanya kedua bidang
ilmu itu saja yang diterapkan LL tapi juga hasil penelitian dan almu-ilmu lain
pun damanfaatkan.
B.
Tujuan Mempelajari
Psikolinguistik
Secara
teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara
linguistik bisa diterima dan psikologi
dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
Dengan
kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan
bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu
memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Dalam prakteknya
psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada
masalah-masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca
permulaan dan membaca
lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit tutur seperti
afasia, gagap, dan sebagainya; serta masalah sosial lain
yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan
nusa dan bangsa.
C.
Sejarah Kelahiran Psikolinguistik
Nama
psikolinguistik muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok dan Charles E. Osgood yang berjudul
Psycholinguistics: A Survey of Theory
and Research Problems, namun sebenarnya sejak zaman Painini, ahli tata bahasa
dari India, dan Sokrates ahli filasafat dari Yunani, pengkajian bahasa dan
berbahasa telah dilakukan orang.
Pada
abad silam terdapat dua aliran filsafat
yang saling bertentangan dan sangat mempengaruhi perkembangan linguistik dan
psikologi. Yang pertama adalah aliran empiris yang etar kaitannya dengan
psikologi asosiasi. Aliran empirisme melakukan kajian terhadap data empiris
atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis unsur-unsur
pembentukan sampai yang sekecil-kecilnya. Oleh karena itu, aliran ini disebut
bersifat atomistik, dan lazim dikaitkan dengan asosiasisme dan positivisme.
Aliran kedua dikenal dengan nama rasionalisme. Aliran ini mengkaji akal sebagai
satu keseluruhan dan menyatakan bahwa faktor-faktor yang ada dalam akal inilah
yang patut diteliti untuk bisa memahami perilaku manusia itu. Oleh karena itu,
aliran ini disebut bersifat holistik, dan biasa dikaitkan dengan paham
nativisme, idealisme, dan mentalisme. Dari beberapa filsafat dan menimbulkan
aliran-aliran yang membantu timbulnya psikolinguistik.
D.
Posisi
Psikolinguistik dalam Kajian Linguistik
Menurut beberapa pakar linguistik, posisi
psikolinguistik dapat disimpulkan dalam sangat perlu untuk digunakan karena
mereka beranggapan segala sesuatu yang ada dalam bahasa itu pada dasarnya
bersifat psikologis. Berikut pendapat yang dikemukakan oleh para pakar.
Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik
berkebangsaan Jerman, telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa
(linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi). Dia menganggap bahasa
bukanlah sesuatu yang sudah siap untuk dipotong-potong dan dikiasifikasikan
seperti aiiran empinisme. Menurnt Von Humboldtbahasa itu merupakan satu
kegiatan yang merniliki prinsip-prinsip sendiri.
Ferdinand de Saussure (1858-1913, pakar linguistik
berkebangsaan Swiss, telah berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu
(linguistik), dan bagaimana keadaan bahasa itu di dalam otak (psikologi). kalau
ingin mengkaji bahasa secara Iengkap, maka kedua disiplin, yakni linguistik dan
psikologi harus digunakan. Hal ini dikatakannya karena dia beranggapan segala sesuatu yang ada dalam
bahasa itü pada dasarnya bersifat psikologis.
E.
Pentingnya
Psikolinguistik dalam Studi Linguistik
Menurut beberapa pakar, psikolinguistik dalam studi
linguistik sangat penting digunakan. Karena berbahasa dimulai dari melahirkan
pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai penjelmaan dari adanya tekanan
emosi yang sangat kuat. Dan itu semua bermula dari psikologi seseorang.
Leonard Bloomfield (1887-1949), pakar linguistik
bangsa Amerika, dalam usahanya menganalisis bahasa telah dipengaruhi oleh dua
aliran psikologi yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan behaviôrisme. Pada mulanya beliau menganalisis
bahasa menurut prinsip-prinsip mèntalisme (yang sejalan dengan teori psikologi
Wundt). Di sini beliau berpendapat bahwa berbahasa dimulai dan melahirkan pengalaman yang luar biasa,
terutama sebagai penjelmaan dan adanya tekanan emosi yang sangat kuat. Jika
melahirkan pengalaman dalarn bentuk bahasa ini karena adanya tekanan emosi yang sangat kuat, maka muncullah ucapan (kalimat) ekslamasi. Jika
pengalaman ini lahir oleh keinginan berkomunikási: maka lahirlah
ucapan (kalimat) dekiarasi. Jika keinginan berkomunikasi mi bertukar menjadi
keinginan untuk mengetahui maka muncullah ucapan (kalimat) interogasi.
Kemudian, sejak 1925, Bloomfield meninggalkan psikologi mentalisme Wundt, lalu
menganut paham psikologi behaviorisme Watson dan Weiss. Beliau menerapkan teori
psikologi behaviorisme dalam teon bahasanya yang kim dikenal sebagai
“linguistik struktural” atau “Iinguistik taksonomi.
Wundt
(1832-1920), ahli psikologi berkebangsaan Jerman, orang pertama yang
mengembangkan secara sistematis teori mentalistik bahasa. Menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk
melahirkan pikiran Wundt berpendapat bahwa pada mulanya bahasa lahir dalam
bentuk gerakgerik yang dipakai untuk melahirkan perasaan-perasaan yang sangat
kuat secara tidak sadar. Lain terjadilah pertukaran antara komponen-komponen
perasaan ini
dengan komponen-komponen akal atau mentalisme.
F.
Tujuh Subdisiplin
Psikolingiuistik
Psikolinguistik
telah menjadi bidang ilmu yang sangat luas dan kompleks. Psikolinguistik telah
berkembang pesat sehingga melahirkan beberapa subdisaplin psikolinguistik. Di
antara subdisiplin psikolinguistik itu adalah beriküt.
1.
Psikolinguistik Teoretis
Subdisiplin
ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental
manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan
kata, rancangan sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan intonasi.
2.
Psikolinguistik
Perkembangan
Subdisiplin
ini berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama
(B1) maupun pemerolehan bahasa kedua (B2). Subdisiplin ini mengkaji proses
pemerolehan fonologi, proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan
sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan terpadu.
3.
Psikolinguistik
Sosial
Subdisiplin
ini berkenaan dengan aspek-aspek sosial bahasa. Bagi suatu masyarakat bahasa,
bahasa itu bukan hanya merupakan satu gejala dan identitas sosial saja, tetapi
juga merupakan suatu ikatan batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.
4.
Psikolinguistik
Pendidikan
Subdisiplin
ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di
sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran
kemahiran berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa.
dalam proses memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.
5.
Psikolinguistik-Neurolagi
(Neuropsikolinguistik)
Subdisiplin
ini mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa, dan otak manusia. Para pakar
neurologi telah berhasil menganalisis struktur biologis otak, serta telah
memberi nama pada bagian-bagian struktur otak itu. Namun, ada pertanyaan yang
belum dijawab secara lengkap, yaitu apa yang terjadi dengan masukan bahasa dan
bagaimana keluaran bahasa diprograrnkan dan dibentuk dalam otak itu.
6.
Psikolinguistik Eksperimen
Subdisiplin
ini meliputi dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa
path satu pihak dan perilaku berbahasa dan akibat berbahasa path pihak lain,
7.
Psikolinguistik Terapan
Subdisipin
ini berkaitan dengan penerapan dan temuan-temuan enam subdisiplin
psikolinguistik di atas ke dalarn bidang-bidang tertentu yang rmemerlukannya.
Yang termasuk subdisiplin ini ialah psikologi, lingiustik, pertuturan dan
pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran membaca neurologi, psikiatri, komunikasi,
dan susastra.
G.
Fokus Kajian
Psikolinguistik pada fakultas Pendidikan
Bahasa
sebagai alat interaksi verbal, maka bahasa dapat dikaji secara internal dan
eksternal. Secara internal kajian dilakukan terhadap struktur internal bahasa,
itu mulai dari struktur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai struktur wacana.
Kajian secara eksternal berkaitan dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada di
luar bahasa, seperti faktor sosial, psikoligi, etnis, seni dan sebagainya.
Psikolinguistik
termasuk salah satu kajian bahasa bagian eksternal. Psikolinguistik adalah
perpaduan antara ilmu psikologi dan linguistik. Yang mempunyai fokus kajian
pada sisi-sisi manusia dari segi yang bisa diamati. Karena jiwa itu bersifat
abstrak, sehingga tidak dapat diamati secara empiris, padahal objek kajian
setiap ilmu harus dapat diobservasi secara indrawi.
H.
Pokok Bahasan
Psikolingistik
Psikolinguistik
merupakan gabuangan ilmu dari psikologi dan linguistik. Bahasan yang ada dalam
psikolinguistik erat kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar bahasa. Dalam
psikolinguistik membahas tentang bahasa sehingga mampu berbahasa. Membahas
sejarah bahasa dan tempat bahasa di simpan, pemerolehan bahasa ibu tidak hanya itu psikolinguistik
membahas proses penyusunan kalimat dengan mengetahui apa yang terjadi dalam
otak ketika menyusun itu. Yang paling terpenting psikolinguistik membahas
hubungan bahasa dengan pemikirann serta jiwa.
I.
Manfaat Mempelajari
Psikolinguistik bagi Guru atau Calon Guru Bahasa Indonesia
Di
dalam kurikulum pendidikan bahasa pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan
mata kuliah proses belajar mengajar , dan bukan pada kelompok mata kuliah
linguistik/kebahasaan, dan sangat erat kaitannya dengan belajar mengajar
bahasa. Maka dari itu jika dipandang
dari segi manfaat. Begitu banyak manfaat psikolinguistik bagi calon guru maupun
guru. Dapat mengetahui hubungan bahasa dengan jiwa untuk bekal mengajar.
Psikologi siswa sangatlah
penting diketahui guru untuk mempermudah proses mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar